Moeffreni Moe'min (seri 2)
Komandan yang Tak Terlupakan
Komandan yang Tak Terlupakan
Sambungan dari Moeffreni Moe’min : Pejuang Pemberani dari Betawi.
Seiring berjaannya waktu, BKR Jakarta selanjutanya diubah menjadi TKR Resimen V Jakarta. Moeffreni Moe’min selanjutnya diangkat menjadi komandan Resimen V dengan pangkat Letnan Kolonel. Sejak kedatangan tentara sekutu, kondisi di Jakarta sering terjadi bentrok antara rakyat dan/atau BKR dengan tentara NICA. Oleh krena itu, Berdasarkan kesepakatan pemerintah republik dengan sekutu, mulai 19 November 1945 Jakarta harus dijadikan kota diplomasi dengan garis demarkasi di Kali Cakung. Kondisi tersebut membuat Moe’min bersama pasukannya harus mengosongkan markas lamanya untuk berpindah markas ke daerah Cikampek.
Disinilah kepiaiannya terbukti setelah berhasil membangun koordinasi yang kompak antara tentara dengan lasykar di front Jakarta Timur. Adapun kelompok pemuda dan laskar yang berada dalam koordinasi pasukan Moe’min antara lain: Laskar Matmuin Hasibuan di Marunda & Tanjung Priok, di Klender di bawah Haji Darip, di Babelan di bawah K.H. Noer Alie, Laskar Acoma di Cikarang & Tambun, banyak lagi.
Demi mengacaukan kedudukan Nica/ Belanda, Moeffreni beserta anak buahnya yang didukung oleh rakyat melakukan penghadangan atau penyerangan pos2 tentara NICA di Jakarta. Tak pelak kondisi tersebut menjadikan Jakarta sebagai sebuah front pertempuran yang memakan banyak korban. Salah satu pertempuran yang terjadi adalah peristiwa pada tanggal 17 Oktober 1945 saat serdadu NICA membakar ratusan rumah di desa Cibening dan Cakun.
Pada saat itu, Moeffreni yang masih berusia 24 tahun dikenal sebagai seorang perwira yang tegas, ak mengenal sikap kompromi dan tawar menawar. Beberapa tokoh yang ada di pemerintah pusat bahkan sempat memberinya julukan sebagai seorang yang memiliki kepala batu. Salah satu peristiwa yang banyak diingat oleh masyarakat pada saat itu ketika tentara sekutu yang dibonceng Nica melakukan pengawalan kereta api berisi Amunisi dan logistik untuk dibawa ke Bandung.
Begitu berada di daerah kekuasaan Moeffreni tepatnya di daerah Dawuan, kereta api tersebut dicegat dan diserang yang mengakibatkan banyak pasukan sekutu/ Nica menjadi korban, bahkan beberapa tentara tersebut ada yang ditawan. Selain itu barang-barang yang berada dalam jereta juga dirampas para pejuang.
Mendengar peristiwa itu, pimpinan tentara Sekutu yang berada di Jakarta marah-marah dan menghubungi para pejabat Indonesia dan memberi ultimatum untuk membebaskan tawanan dan mengembalikan barang rampasan perang. Bahkan pada saat itu, Menteri Pertahanan Amir Sjarifoeddin sampai menelepon dan meminta Moeffreni agar mengembalikan hasil rampasan dalam pertempuran di Dawuan kepada Inggris.
“Maaf Pak, saya tidak dapat melaksanakan perintah itu,” ujar Moeffreni
“Tapi kalau tidak dilakukan, Cikampek akan dibom oleh mereka,” tukas Amir.
“Saya sudah memperhitungkannya, Pak. Di sini tiap hari telah dibom oleh mereka. bahkan hingga Tambun,” ungkap Moeffreni.
Amir Sjarifoeddin pun tak bisa berkata-kata apa lagi
(buku Jakarta-Karawang-Bekasi dalam Gejolak Revolusi karya Dien Majid dan Darmiati)
Letkol Moeffreni kemudian dipercaya mengomandani Resimen XII Cirebon, menggantikan Kolonel Soesalit Djojohadiningrat (putra RA Kartini). Salah satu tugas beratnya adalah mengamankan berlangsung perundingan antara pihak Indonesia dengan Belanda di Linggajati dari 11-15 November 1946. Pada tanggal 21 Juni 1946, Moeffreni melepas masa lajangnya di usia 26 tahun di Cirebon dengan menikahi Elly Koesmaningsih. Elly sendiri adalah seorang putri Wedana Cirebon yang bernama Moehammad Sidik
Pada bulan April 1947, Kolonel A.H. Nasution atasannya menugaskan Moeffreni untuk menjabat sebagai Direktur Latihan Pendidikan Perwira Divisi Siliwangi di Ngamplang Garut. Namun, pada saat militer Belanda menyerang Garut pada Juli 1947, Moeffreni tertangkap dan menjadi tawanan perang di pulau Nusakambangan.
Setelah tiga tahun menjadi tahanan perang Belanda, akhirnya Moeffreni dibebaskan di awal tahun 1950, dalam rangka implementasi pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS) 27 Desember 1949. Setelah pembebasannya, dia langsung ditugaskan sebagai kepala staf Resimen Bogor. Selanjutnya beliau di angkat sebagai “plt” Gubernur Militer di Bandung dan kemudian di tarik ke Markas Besar Angkatan Darat (MBAD) sebagai Asisten Subsistensi/ Wakil Asisten V Kepala Staf Teritorial TNI AD.
Tahun 1957, dia kemudian mengajukan pengunduran diri dari dunia militer dengan alasan kesehatan. Pasca pengunduran dirinya, selanjutnya aktif dalam dunia politik dan pernah menduduki jabatan sebagai wakil rakyat. Tercatat dia pernah terpilih menjadi anggota DPRD DKI Jakarta dan berlanjut hingga akhirnya menjadi anggota MPR RI dari Fraksi ABRI.
Moeffreni Moe’min meninggal di Rumah Sakit Pertamina Jakarta pada 27 Juni 1996 dan dimakamkan di TPU Tanah Kusir Jakarta sesuai dengan wasiat terakhirnya. Demi mengingat jasa-jasanya saat ini tokoh masyarakat dan pemerintah daerah DKI Jakarta sedang mengajukan namanya untuk dijadikan sebagai Pahlawan Nasional. Sebuah gelar yang layak untuk disematkan terhadap seorang pejuang yang benar-benar berpengaruh dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI.