Operation Peace Spring :
Upaya Turki Batasi Kurdi di Perbatasan dengan Suriah
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah mengumumkan operasi militer di wilayah Suriah timur laut utara yang diduduki Kurdi dengan nama "Operation Peace Spring", Rabu (9/10/2019). Setelah pengumuman melalui twitter tersebut, dilanjut dengan menggunakan jet tempur dan artileri yang menargetkan posisi Kurdi di sepanjang perbatasan yang kemudian dilanjut dengan serangan darat.
Melalui pengumuman resmi yang dikeluarkan Pemerintah Turki, serangan tersebut bertujuan untuk area Suriah utara dan timur laut dari unsur-unsur "teroris" dan menciptakan apa yang disebut "zona aman" di mana beberapa dari 3,6 juta pengungsi Suriah di Turki dapat dimukimkan kembali di sana. Ankara menganggap Kelompok Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG), yang membentuk tulang punggung SDF, kelompok "teroris" yang terkait dengan separatis Kurdi di Turki.
Serangan tersebut, tak pelak melibatkan kelompok lain, yaitu Pasukan Demokratik Suriah (SDF), milisi yang dibentuk untuk memerangi ISIS yang berada di kubu Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) dan milisi pemberontak Suriah pro-Turki. Pimpinan milisi Kurdi di Suriah sendiri telah mengumumkan untuk mobilisasi umum bagi seluruh warga sipil untuk bergerak menuju ke perbatasan Turki dan melakukan perlawanan bersenjata. Mereka juga berusaha minta bantuan AS yang selama ini merupakan sekiti mereka ketika memerangi ISIS.
Tentara Amerika Serikat sendiri, sebalumnya sudah ditarik dari Suriah timur laut pada hari Minggu sebelum "Operation Peace Spring" dilancarkan. Sebuah tindakan yang membuahkan kritikan keras, baik dari dalam maupun luar negeri. Trump dianggap memberi persetujuan secara tidak langsung karena menarik pasukannya tersebut. Setelah mendapat berbagai tekanan atas sikap Pemerintah AS terhadap serangan Turki, akhirnya pada Senin 14 Oktober pihak AS mengumumkan sanksi untuk menghukum Turki karena tindakan ofensifnya tersebut. Dan sanksi tersebutpun berbalas. Kementerian luar negeri Turki sedang mempersiapkan sanksi pembalasan terhadap Amerika Serikat.
Sementara itu, demi menghadapi serangan Turki atas sekutunya, Pemerintah Suriah di bawah kepemimpinan pimpinan Presiden Bashar al-Assad bergerak menuju front perang di utara. Respon tersebut dilakukan setelah Pemerintah Suriah membuat kesepakatan dengan Pasukan Demokrat Suriah (SDF) yang dipelopori Kurdi untuk menangkis serangan Turki. Tindakan tersebut juga diikuti oleh Rusia yang mengumumkan bahwa pasukannya mulai dikerahkan ke garis depan konflik di Suriah bagian utara untuk membantu tentara Bashar al-Assad. Sebagaimana dilansir dari Newsweek, Rabu (16/10/2019), Alexander Lavrentiev, Utusan Khusus Rusia untuk Suriah mengatakan bahwa Kremlin "tidak akan membiarkan" Turki bentrok dengan tentara al-Assad.