Ketika Sri Sultan HB IX ditodong Senjata dan dimarahi Penjaga Istana
Sri Sultan HB IX merupakan salah satu contoh pejabat negara yang egaliter, sebisa mungkin tidak menunjukkan sifatnya sebagai pejabat bahkan raja ketika berhubungan dengan orang lain. Banyak kisah beliau yang bisa dijadikan sebagai pembelajaran, meskipun kadang juga kelihatan konyol ataupun lucu jika di ingat-ingat. Salah satunya adalah kisah Sri Sultan HB IX ketika dimarahi dan ditodong senjata oleh Pasukan Pengawal Istana Bogor ketika berkunjung ke tempat tersebut. Berikut ini kisahnya sebagaimana diceritakan oleh situs berita www.merdeka.com
Ketika itu, Bulan Oktober 1950 Sri Sultan HB IX yang diberi amanah untuk memegang jabatan sebagai wakil perdana menteri di Kabinet Natsir bersama A Halim yang menjabat Menteri Pertahanan ad interim, bermaksud menuju Istana Bogor untuk meninjau proses renovasi.
Tanpa menggunakan pengawalan, kedua pejabat negara tersebut datang ke Bogor hanya berdua saja. Tanpa menggunakan sopir, beliau berdua menyopir mobil secara bergantian. Saat berangkat, yang memegang kemudi adalah A Halim, sedangkan Sri Sultan HB IX duduk disebelahnya.
Sesampainya di Istana Bogor, A Halim langsung masuk ke kompleks istana Bogor tanpa berhenti dan melapor ke penjaga istana. Tak pelak keberadaan mobil yang menyelonong ke istana membuat para penjaga kelimpungan dan mengejar mobil tersebut. Akhirnya para penjaga yang berasal dari Polisi Militer berhasil memberhentikan mobil keduanya sambil menodongkan senjata.
"Hei, apa-apaan ini! Stop segera!" teriak para penjaga Istana.
Komandan Polisi Militer itu menghampiri Halim. Dia membentak menteri pertahanan itu dengan mata melotot. Rupanya para penjaga tidak mengenal dan menyadari bahwa kedua orang yang mereka berhentikan tersebut adalah pejabat negara.
"Kenapa masuk saja tanpa berhenti lebih dulu? Apa tidak lihat penjagaan?" bentaknya.
Mendengar bentakan tersebut, Halim dengan tenang mengeles,
"Saya hanya sopir, dan karena tidak ada orang yang menyuruh berhenti saya terus saja. Lagipula Tuan yang berada di sebelah saya ini tidak menyuruh saya berhenti," kata Halim sambil melirik Sultan yang hanya duduk mematung.
Akhirnya para prajurit penjaga mengerubungi mobil sambil mencoba mengenali siapa orang di samping sopir tersebut. Setelah tersadar jika yang berada dalam mobil adalah Sri Sultan mereka pun bertanya,
"Apakah Bapak Paduka Sri Sultan?" tanya pemimpin mereka.
Sultan mengangguk. Para tentara itu langsung terperanjat. Siapa yang tidak gentar mengingat Sultan HB IX dan perjuangannya mempertahankan Yogyakarta selama agresi militer Belanda.
"Siaaap! Beri Hormaaat!" teriak sang komandan sigap. Perintah ini lalu spontan diikuti seluruh anak buahnya.
Sultan sendiri tidak marah atas penodongan dan bentakan para penjaga. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa, Beliau segera mengajak A Ahlim untuk turun dan melakukan peninjauan. Bahkan sempat makan duku di pinggir kali Ciliwung yang membelah Istana.
Setelah melakukan kunjungan selama dua jam, akhirnya kedua pejabat tersebut meninggalkan istana untuk pulang. Dan tidak mau mengalami kesalahan kedua kalinya, Pemimpin Penjaga Istana mengerahkan satu kompi pasukannya untuk berbaris di pinggir gerbang dan memberi hormat ketika mobil ke dua pajabat negara tersebut lewat di depan mereka.
0 komentar:
Posting Komentar