Selasa, 29 Januari 2019

Ketika Soeharto Ditangkap karena Dikira Simpatisan PKI

 Ketika Soeharto Ditangkap karena Dikira Simpatisan PKI
Letkol Soeharto
Letkol Soeharto saat mendampingi Jenderal Soedirman
Soeharto merupakan salah satu tokoh yang paling banyak di bicarakan di negara kita. Mengawali kehidupan sebagai anak seorang petani, hidupnya melesat menjadi orang nomor satu di negara kita. Tidak mengherankan apabila kisah perjuangannya banyak dibaca dan disimak seolah-olah tanpa habis. Salah satu kisah yang mungkin tidak banyak diketahui orang adalah ketika Soeharto muda ditangkap oleh Pasukan Siliwangi di Solo karena Dikira simpatisan PKI.

Kejadian tersebut terjadi setelah Soeharto berkunjung ke Kota Madiun dimana saat itu memang menjadi basis pergerakan PKI dan underbow-nya sekitar tahun 1948. Di Madiun, Soeharto memang diberi tugas langsung oleh Jenderal Soedirman untuk mengecek isu pemerintahan Soviet
.
Ketika pulang menuju Yogyakarta, Soeharto yang saat itu mengendarai mobil dicegat oleh Satuan Siliwangi yang berjaga dii Jembatan Jurug Solo. Perwira tersebut di berhentikan kemudian senjatanya dilucuti dan diintrograsi di markas Pasukan Siliwangi yang bertempat di Kantor Walikota Solo. 

Pasukan Siliwangi rupanya curiga dengan keberadaan seorang Letnan Kolonel yang baru pulang dari Madiun, daerah yang dianggap rawan waktu itu. Kondisi politik yang memang sedang tegang karena adanya persaingan antara Divisi Siliwangi yang dikenal pro pemerintahan Mohammad Hatta dengan Divisi Panembahan Senopati di bawah pimpinan Letkol Slamet Rijadi dari Solo yang dianggap dekat dengan FDR (Front Demokrasi Rakyat yang sebagian besar diisi para aktivis PKI). Kondisi tersebut membuat pasukan dari Jawa Barat itu selalu waspada dan mencurigai setiap pergerakan yang dianggap berbahaya, apalagi sebelumnya pernah terjadi kesalahpahaman sampai menimbulkan baku tembak berskala besar.

Setelah melucuti dan menahan Soeharto yang dicurigai sebagai salah seorang simpatisan PKI, Kapten Imam Sjafi’i yang saat itu jadi komandan jaga selanjutnya melaporkan kepada atasannya Mayor Omon Abdurrachman wakil komandan Brigade ke-13 Kesatuan Reserve Umum X Divisi Siliwangi. Selain melapor kepada Mayor Omon, Kapten Sjafi’i juga meminta ijin untuk mengeksekusi perwira tersebut. 

Beruntung saat itu Mayor Omon berhasil mencegah niat anak buahnya itu, dan selanjutnya dia menemui langsung sang Overste untuk memastikan siapa perwira yang ditangkap tersebut. Dengan hati-hati selanjutnya Sang Mayor menginterogasi Soeharto dimana dalam dokumen yang dibawanya menyebutkan bahwa dia adalah Komandan Resimen Yogyakarta. 

Omon menanyakan alasan Soeharto melewati kawasan yang menjadi daerah penjagaan Pasukan Siliwangi. Dan di jawab juga dengan sopan bahwa bahwa dirinya baru menghadiri undangan rapat konferensi para pimpinan TNI yang diselenggarakan oleh Kolonel Djokosujono, salah satu tokoh FDR, di Balai Kota Madiun pada 24 September 1948. Selanjutnya ditunjukkannya Surat Perintah dari Panglima Besar Jenderal Soedirman agar Soeharto datang dan menghadiri undangan tersebut.

Demi melihat surat perintah tersebut,, Mayor Omon selanjutnya membawa Soeharto untuk menghadap komandannya Kolonel Sadikin. Rupanya Sang kolonel sudah mengenal dengan baik perwira yang disangka simpatisan PKI tersebut. Selidik punya selidik ternyata Pasukan Siliwangi mengira Letkol Soeharto adalah Mayor Soeharto dari Batalion Solo yang memang menjadi simpatisan PKI. 

Akhirnya Soeharto dibebaskan dan diantar oleh Kapten Sjafi’i sampai ke perbatasan Surakarta-Yogyakarta hingga selamat Tentu saja setelah semua senjatanya dikembalikan. Beruntung Soeharto tidak jadi di eksekusi saat itu, sehingga soeharto selanjutnya bisa menduduki jabatan tertinggii di negara kita, baik itu jabatan sipil maupun militer.

Sumber: historia.id dan lain-lain

Share:

1 komentar:

  1. Jenderal Besar Soeharto. Meskipun banyak kekurangan, namun kelebihannya juga sangat banyak. Semoga ketokohannya mampu menjadi teladan bagi generasi sekarang dan mendatang

    BalasHapus

Support